"Barangsiapa yang hari ini lebih
baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang
hari ini sama (dengan kemarin) maka dia telah lalai (merugi), barangsiapa yang
hari ini lebih buruk dari kemarin maka dia terlaknat (binasa)."
Nasehat ini, memberikan gambaran kepada
kita semua bahwa dalam hidup ini kita diminta selalu melakukan perhitungan
antara keuntungan dan kerugian. Jika
kita mau beruntung, hidup dan kehidupan kita hari ini –di berbagai aspek- harus
lebih baik dari hari sebelumnya. Makna lainnya yang dapat diambil dari nasehat
tersebut adalah bahwa apapun yang kita lakukan dalam hidup ini harus
mempertimbangkan sisi untung dari rugi, baik kesalehan pribadi maupun kesalehan
sosial (hablum minallah dan hablum minannasi).
Dalam istilah ekonomi dan dunia bisnis,
ada yang disebut dengan BEP (Break Event Point). Break Even point atau BEP
adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang
harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya
yang timbul serta mendapatkan keuntungan/profit.
Jika dianalogikan BEP hidup adalah bagaimana
kita menghitung antara jumlah kebaikan dan keburukan yang kita lakukan setiap
hari. Artinya kita harus menghitung berapa banyak jumlah ibadah dan kebaikan (barang
dan jasa) yang harus kita lakukan kepada Allah dan manusia, lalu dipotong
dengan dosa dan keburukan (biaya-biaya yang timbul) yang kita lakukan, barulah
kita mencapai BEP hidup.
Lalu, untuk apa kita harus mencapai BEP
Hidup? Jawabnya tentu agar kita mengetahui apakah nikmat dan rezeki yang berlimpah
diberikan Allah Swt, sudah sesuai dengan peruntukannya. Contohnya Allah
menciptakan kita adalah untuk menyembah-Nya. Allah menciptakan manusia untuk
menjadi pemimpin di dunia. Allah menciptakan manusia untuk melakukan kebajikan
yang bermanfaat untuk manusia lain dan sebagainya, dan ini dari sisi hubungan
manusia kepada Allah.
Lalu dari sisi hubungan manusia dengan
manusia (sosial), maka BEP hidup itu penting untuk mengetahui apakah tujuan,
cita-cita dan harapan kita sudah on the track atau sudah berada pada rel/jalur
yang benar. Meskipun adalah pertanyaan klise tentang ‘Apa arti dari hidup?’
atau ‘Apakah tujuan hidup itu?’ atau ‘Kenapa kita dilahirkan? Dalam kebanyakan
kasus, kita memiliki agenda masing-masing tentang apa yang menjadi
tujuan-tujuan dalam hidup kita.
Untuk lebih mendekatkan pemahaman kita,
dari sudut pandang spiritual misalnya, terdapat dua alasan dasar tentang
mengapa kita dilahirkan. Alasan-alasan inilah yang mendefinisikan tujuan hidup
kita yang paling mendasar. Tujuan-tujuan ini adalah untuk menyelesaikan akun/ perhitungan-perhitungan
memberi dan menerima (give-and-take account) yang kita miliki dengan berbagai
orang.
Sebagian besar dari kita memiliki tujuan
hidup masing-masing. Tujuan – tujuan hidup ini mungkin menjadi seorang dokter,
menjadi kaya, pepoler atau jabatan prestius, ahli dibidang tertentu, status sosial
high class dan lain sebagainya. Apapun tujuannya, bagi sebagian besar kita,
lebih banyak tujuan tersebut lebih dominan keduniawiannya. Sistem-sistem
pendidikan kita yang ada telah tertata untuk membantu kita mengejar
tujuan-tujuan duniawi itu. Sebagai orang tua kita juga menanamkan tujuan hidup
duniawi yang sama pada anak-anak kita dengan mendorong mereka untuk belajar dan
masuk dalam profesi-profesi yang memberikan mereka manfaat keuangan lebih banyak
dibandingkan dengan profesi kita sendiri.
***
Ketika kita sudah mencapai BEP Hidup,
maka sesungguhnya kita termasuk orang-orang yang beruntung. Sama seperti dalam
bisnis, ketika satu perusahaan sudah mencapai BEP, maka hasil yang diperoleh di
atas BEP itu adalah keuntungan murni. Keuntungan yang akan menghantarkan owner,
karyawan dan perusahaan tersebut kepada kesuksesan besar.
Kita dalam hidup ini juga seperti itu.
Bila ibadah dan kebaikan kita sudah lebih banyak jumlah dari pada kesalahan
atau dosa yang kita perbuat, maka kita termasuk orang-orang yang beruntung,
dalan akan mencapai sukses besar ditempatkan Allah di surga-Nya pada kehidupan
akhirat, dan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia ini. So, sudah hidup kita mencapai BEP? (Diskusi siang di kantin UIN Sumut, 01 Maret 2016)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan sampaikan komentar anda di sini