MEDAN

Nasehat...

.“(Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas? Tidak ada yang dapat menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl:79") .“(menang dengan mengalah, itulah filsafat air dalam mengarungi kehidupan") .(Guru yang paling besar adalah pengalaman yang kita lewati dan rasakan sendiri) .(HIDUP INI MUDAH, BERSYUKURLAH AGAR LEBIH DIMUDAHKAN ALLAH SWT)

Bismillahirrahmanirrahim

"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas? Tidak ada yang dapat menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl:79)

Rabu, 11 Mei 2016

JALAN KEBAJIKAN BERSIKU

ilustrasi
"Apa yang tidak baik dari kiri, jangan diteruskan ke kanan 
dan apa yang tidak baik dari kanan, usah diteruskan ke kiri"

Di jaman yang serba cepat atas kencangnya arus perkembangan teknologi dan informasi ini, urusan komunikasi dan penyebaran informasi menjadi semudah membali telapak tangan. Jarak, waktu dan biaya tidak lagi menjadi kendala dan penghambat. Komunikasi menjadi amat lebih cepat dan lancar, informasi juga lebih mudah tersebar.

Namun sebagaimana hukum kehidupan, segala sesuatu yang mudah, untuk melakukan kebaikan, akan mudah pula digunakan untuk kejahatan. Apalagi kalau hitungannya gratisan, maka sebuah informasi bisa dengan mudah disebarkan kemana-mana tanpa kendali.

Penggunakan teknologi gadget-nya dengan segudang aplikasi (browsing, chatting, games-facebook, instagram, whatsapp, line, twiter- dll), memberikan ruang kepada penggunanya untuk menyebarkan informasi secara mudah, praktis dan cepat. Dari sisi kehidupan sosial, sarana teknologi informasi menjadikan masyarakat kehilangan kepedulian dan respek terhadap lingkungannya. Satu waktu terkadang membuat kita yang melihatnya terkesan lucu, menyaksikan para pengguna teknologi informasi memainkan gadget-nya.

Mari kita lakukan survey sederhana dengan berjalan-jalan ke tempat-tempat umum yang ramai, café, bioskop, bandara, lokasi nongkrong, hingga ke tempat-tempat kerja, baik di instansi pemerintah maupun swasta. Dalam survey itu, pasti kita akan menemukan, mereka terlihat asyik dan sibuk dengan diri sendiri bersama gadget-nya. Kadang terlihat tersenyum dan tertawa sendiri, kening berkerut dan juga rona wajah sedih. Juga aneh bagi kita, saat mereka chatting, tidak mau saling melihat, padahal jaraknya sangat dekat dan mereka sedang berkomunikasi.

Seperti kisah berikut ini. Sore itu, Rubi, Herma dan Kinung seperti biasa berkumpul di warungnya. Namun agak berbeda dengan biasanya, masing-masing terlihat asyik dengan dirinya sendiri. Semua memegang blackberry masing-masing. Sejak mengenal alat komunikasi ini mereka semua menjadi autis. 

Anehnya, mereka terkadang tertawa bersama, padahal tatapan mata satu sama lain terfokus pada layar blackberry  dan smartphone masing-masing. Namun kalau dilihat lebih dekat, dijamin  orang yang melihat akan tertawa juga. Rupanya mereka bertiga sedang chatting bersama di grup yang sama. Apa tidak aneh? Duduk saling berhadapan, asyik sendiri, kelihatan tidak saling berkomunikasi, tapi sebenarnya sedang berinteraksi satu sama lain, via alat komunikasi modern.

Dalam kondisi seperti itu, topik yang dibicarakan tidak jelas, melompat-lompat tak terstruktur. Kadang bicara soal masa lalu, keluarga, sosial, politik, ekonomi, bisnis, bahkan hal-hal sepele yang tidak penting dibicarakan dan lain sebagainya.

Pada saat mereka terhanyut dengan naluri, pikiran dan persaan masing-masing, tiba-tiba masuk sebuah postingan  yang nadanya kurang baik dan bila jatuh ke tangan yang salah bisa menimbulkan persoalan yang tidak baik pula. Tulisan atau postingan itu secara cerdik dibuat seolah pujian, namun nadanya justru bisa menghasut. Yang membuat, pasti cerdik sekaligus licik, serta mempunyai tujuan tertentu. 

Membaca tulisan itu, Rubi langsung berkomentar, “Langsung dihapus saja. Tulisan seperti ini berbahaya dan bisa memicu persoalan yang tidak baik, dan hati-hati kalau mendapat forward tulisan semacam ini. Stop, hapus dan sampaikan penjelasan serupa kepada kawan yang mengirimnya.”

Mitha (teman mereka di grup) yang mem-posting informasi itu, langsung berkomentar, “ Ya Rub, maka setiap ada sesuatu saya tidak berani menyebarkannya keman-mana, kecuali intern grup kita agar kau sensor dulu, hehehe,” balas Mitha. Tiba-tiba Kinung nimbrung dan comment, Tha masing ingat nasihat, “Jalan Kebajikan Bersiku?”, Masih ingat Tha, Herma ikut bertanya. “Ingat dokn,” jawab Mitha. 

Apa yang tidak baik dari atas, tidak diteruskan ke bawah. Apa yang tidak baik dari bawah, jangan diteruskan ke atas. Apa yang tidak baik dari depan, usah diteruskan ke belakang, apa yang tidak baik dari  belakang, jangan diteruskan ke depan. Apa yang tidak baik dari kiri, jangan diteruskan ke kanan dan apa yang tidak baik dari kanan, usah diteruskan ke kiri,”kata Mitha menjawab pertanyaan kedua temannya tersebut.

Ya, seperti dalam kasus penyebaran tulisan itu, kita  harus mampu menjadi filter, penyaring. Sesuatu yang masuk dari segenap penjuru; atasan, bawahan, keluarga, sahabat, lingkungan dan sebagainya yang kebetulan melewati kita, harus dipikir dan ditimbang dulu baik-baik akurasi dan kebenarannya. Terus perlu dilakukan chek and richek apakah patut untuk kita teruskan ke atasan, bawahan, keluarga, sahabat dan lingkungan kita. Apakah setelah disebarluarkan ada manfaatnya atau tidak. Bagi yang menerima apakah akan menimbulkan persoalan baru, membaut resah dan gelisah,”kata Mitha memberikan penjelasan panjang lebar.

Rubi yang sejak awal ikut dalam diskusi di grup itu, menambahkan penjelasan Mitha tentang nasehat ‘Jalan Kebajikan Bersiku’. Rubi mengatakan, penjelasan Mitha tepat, tapi belum lengkap. “Lewat nasehat itu, kita juga diajarkan untuk menjadi insan mandiri yang punya tanggungjawab, integritas dan tidak cengeng. Menjadi bagian dari solusi, bukan justru menjadi pembuat masalah. Ya, tidak mudah mengadu kalau ada masalah. Kita harus coba mengatasi dengan seluruh kemampuan, kewenangan dan tanggungjawab yang kita punyai. Maksudnya kita bertanggungjawab memecahkan masalah secara sungguh-sungguh. Namun bila masalahnya berat, kita tak sanggup mengatasinya atau berbahaya, atau sudah di luar batas kewenangannya, tentu kita akan melaporkan kepada atasan. Namun bukan gampangan mengadu. Sebab bisa repot jadinya atasan, kalau ada masalah memiliki kelemahan, dan apalagi kalau kita harus menjaga rahasia. Demikian juga yang terkait dengan rekan, sahabat, mitra dan lain sebagainya.

Pendeknya kita harus menjadi orang yang berintegritas. Disatu sisi tidak mempermalukan orang, menjaga kepercayaan dan bertanggungjawa. 
Di sisi yang lain, tidak menyebarluaskan sesuatu yang buruk lebih luas lagi. Di samping akan jelek dampaknya, juga akan membuat masalah baru yang mungkin lebih besar” tulis Rubi.

Penjelasan dan komentar yang diberikan kawan-kawan Mitha, adalah salah satu yang sangat penting dalam ilmu komunikasi yakni konfirmasi. Ya, demikianlah, fungsi konfirmasi dalam ilmu komunikasi adalah untuk memastikan kebenaran dan akurasi seluruhnya informasi yang diterima. 

Perlu diingat, ketika pesan sudah disampaikan, maka pesan itu bukan milik kita lagi, tapi sudah menjadi milik audiens atau khalayak. Dan satu pesan bisa memunculkan ribuan penafsiran dan perspektif.

Karena itu, Allah Swt dalam al Qur’an telah memperingatkan kita, bahwa ketika mendapat khabar (informasi/berita) dari orang-orang munafik, kita diminta melakukan 'fatabayyanu' atau crooschek. 'fatabayyanu'  dilakukan untuk memastikan kebenaran serta manfaat dan guna menghindarkan munculnya fitnah. 




  

PANCASILA MODAL UTAMA MEMBANGUN BANGSA

Anggota DPR/MPR RI H. Fadly Nurzal, S.Ag mengatakan pancasila sebagai dasar Negara merupakan modal utama dalam membangun bangsa dan Negara ini. Dalam Pancasila, seluruh perilaku dan sikap seerta komitmen melaksanakan pembangunan secara jelas telah terdapat dalam nilai-nilai Pancasila.
“Jika seluruh bangsa ini mengunakan nilai-nilai pancasila dalam melaksanakan pembangunan, maka saya yakin bangsa ini sudah sejak dulu maju dan berkembang sebagaimana Negara-negara yang sudah maju,”kata Fadly saat melakukan sosialisasi empat pilar berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, beberapa waktu lalu.  
Acara yang digelar di Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Langkat itu, dihadiri sekitar seratusan lebih murid MAN 1 Stabat Langkat, Kakan Kemenag Kab Langkat H.T. Bahrumsyah, Kepala Sekolah Sugiono, pengurus BKPRMI Langkat, para guru dan undangan lainnya.
Oleh karena, itu kami sebagai anggota MPR RI memiliki tugas untuk mensosialisasikan empat pilar ini kepada seluruh rakyat Indonesia, dalam rangka memperkokoh pemahaman pancasila yang lebih baik dan konprehensif.
Memang harus kita akui, lanjut Fadly adalah sekenario besar dari kelompok yang tidak menginginkan bangsa Indonesia menjelma sebagai sebuah Negara maju. Sebab, jika itu terjadi, akan mengganggu kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Untuk menghambat laju kemajuan bangsa kita ini, kata Fadly, rakyat Indonesia harus dijauh dari Pancasila sebaga dasar Negara, dan yang menjadi target utamanya adalah generasi muda.
Sekenario tersebut, dikemas dalam bentuk gangguan-gangguan, mulai dari gangguan budaya, gangguan idiologi, gangguan ekonomi, social politik dan lain sebagainya. “Narkoba salah satu gangguan yang dilancarkan kepada bangsa Indonesia dengan target utama generasi muda. Maka banyak kita termukan kasus narkoba yang sudah melanda seluruh kelompok umur dan kelompok status social,”ucapnya.
Jadi, kata Fadly, dengan banyaknya gangguan yang dilancarkan kepada bangsa ini, secara tidak langsung itu menghambat laju pembangunan. Sebab, bangsa ini selalu dissibukkan dengan sejumlah persoalan-persoalan yang ada. Artinya focus bangsa ini bukan melaksanakan pembangunan diseluruh lini dan sector kehidupan berbangsa dan bernegara, tapi justru sibuk untuk menyelesaikan persoalan yang ada,”sebutnya.
Kepada seluruh generasi muda di MAN 1 Stabat ini, dalam rangka membantu dan ikut mendorong percepatan pembangunan bangsa ini, saya ingin berpesan lima hal. Pertama, tugas kita saat ini adalah belajar dengan baik agar menjadi generasi berkualitas, maka berlajar dengan sungguh-sungguh. Kedua, hormati kedua orangtua, karena kesuksesan kita sangat tergantung dengan ridho dan do’a dari kedua orangtua kita. Ketiga hormati guru, karena mereka kita mendapat ilmu pengetahuan. Keempat hargai teman, agar teman bisa menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan kualitas belajar. Kelima bekerja keras, karena tanpa bekerja keras susuh kita menggapai seluruh apa yang kita cita-citakan.
“Bagi kita yang beragama Islam, tentu kita harus tetap berdo’a kepada Allah, setelah melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Konkritnya bagi kita generasi muda Islam, jangan pernah tinggalkan shalat. Karena dengan shalat kita akan menjadi generasi yang kuat tapi tetap gaul,”sebutnya.
Sebelumnya, Kakan Kemenag Kab.Langkat dalam sambutannya menyampaikan harapan kepada siswa-siswi agar mampu mengambil pelajaran dari H. Fadly Nurzal, S.Ag yang saat ini juga sebagai Anggota Komisi IV DPR RI dan Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP PPP.
“Saya berharap para siswa bisa manfaatkan kehadiran Pak Fadly Nurzal, untuk menambah ilmu dan wawasan kebangsaan,”ucapnya.
Dibagian lain, Kepala Sekolah MAN 1 Stabat menyampaikan ucapan terimakasih dan rasa bangga atas kehadiran Anggota DPR/MPR RI H. Fadly Nurzal, S.Ag ke MAN 1 Stabat. “Kehadiran beliau merupakan satu kebanggaan kepada kita bersama dan atas kehadirannya kami ucapkan terima kasih,”ucapnya.
Acara ditutup dengan penyerahan cendaramata dari H. Fadly Nurzal kepada Kepala Sekolah MAN Binjai dan sesi foto bersama

Fadly Nurzal : Generasi Muda Jangan Pernah Lupakan Sejarah

JANGAN LUPA SEJARAH - Anggota DPR/MPR RI H. Fadly Nurzal, S.Ag
berpesan kepada siswa MAN Kota Binjai agar jangan pernah melupakan
sejarah. Pesan itu disampai kannya saat acara sosialisasi
empat pilar kebangsaan.
Anggota DPR/MPR RI H. Fadly Nurzal, S.Ag berpesan kepada seluruh generasi muda bangsa agar jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sebab, bila itu terjadi maka bangsa ini akan kehilangan jati diri dan harga diri.
“Bangsa yang melupakan sejarah, maka ia telah kehilangan jati diri dan harga diri sebagai sebuah bangsa dan Negara,”kata Fadly saat melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) tentang empat consensus atau empat pilar berbangsa dan bernegara, beberapa waktu lalu.  
Acara yang digelar di Madrasah Aliah Negeri (MAN) Binjai itu, dihadiri sekitar seratusan lebih murid MAN Binjai, Kakan Kemenag Kota Binjai Al Ahyu, Kepala Sekolah, para guru dan undangan lainnya.
Dijelaskan Fadly, ketika kita sebagai bangsa melupakan sejarah kita sendiri, sama artinya kita telah lupa pada cita-cita besar dilahirkannya bangsa ini. Cita-cita tersebut secara jelas termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Selain itu, tentunya kita juga tidak boleh lupa sejarah para pendiri dan pahlawan bangsa ini yang telah mengorbankan seluruh jiwa raga, demi mewujudkan Indonesia merdeka. “Para pendiri dan pahlawan bangsa dengan seluruh potensi yang ada, telah bekerja keras demi satu tujuan Indonesia yang makmur, adil dan sejahtera,”ucap Fadly.
Tentu, lanjut Fadly sebagai generasi muda bangsa sejarah itu harus kita ingat dan fahami secara utuh, dan kemudian menjadi motivasi untuk menjaga, melanjut serta serta mengisi kemerdekaan.
Lalu bagaimana cara kita sebagai generasi muda untuk mempertahankan bangsa ini tetap berdiri kokoh, serta mampu melahirkan kemajuan. Di antaranya, bagi para  siswa tentu harus belajar dengan sungguh-sungguh, berbakti kepada orangtua dan guru, bekerja keras serta tidak lupa berdoa.
Karena itu pula, sebagai generasi muda, jangan pernah takut untuk berbuat, apalagi takut salah dan gagal. Sebab dalam catatan sejarah, tidak ada orang yang menui sukses besar tanpa kerja keras, tanpa kesungguhan dan tanpa do’a. Dan yang paling penting, tidak ada seorangpun yang meraih sukses besar, tanpa kegagalan dan kesalahan.
“Dari kesalahan kita akan mengetahui kebenaran yang sebenarnya dan dari kegagalan kita akan bangkit kembali untuk melakukan yang lebih baik lagi. Artinya salah dan gagal itu bukan pertanda kita sudah kiamat, tapi awal dari kesuksesan yang akan kita raih,”ujarnya.
Untuk itulah, saya berpesan kepada para siswa/I MAN Binjai, agar jangan pernah berhenti belajar dan bekerja keras. “Dua atau tigapuluh tahun ke depan, kita akan mendengarkan, siswa-siswi MAN Binjai ada yang menjadi presiden, gubernur, walikota, pengusaha, politisi dan lain sebagainya. Dan ketika hari tiba, maka kita akan merasakan manfaat belajar sungguh-sungguh yang kita lakukan sekarang,”katanya.
Sebelumnya, Kakan Kemenag Binjai Al Ahyu dalam sambutannya menyampaikan harapan kepada siswa-siswi MAN Binjai agar mampu mengambil pelajaran dari kehadiran H. Fadly Nurzal, S.Ag yang juga saat ini sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP PPP.
“Saya meminta para siswa manfaatkan kehadiran Pak Fadly Nurzal, untuk menambah ilmu dan wawasan kebangsaan,”ucapnya.
Dibagian lain, Kepala Sekolah MAN Binjai menyampaikan ucapan terimakasih dan rasa bangga atas kehadiran Anggota DPR/MPR RI H. Fadly Nurzal, S.Ag ke MAN Binjai. “Kehadiran beliau merupakan satu kebanggaan kepada kita bersama dan atas kehadirannya kami ucapkan terima kasih,”ucapnya.
Acara ditutup dengan penyerahan cendaramata dari H. Fadly Nurzal kepada Kepala Sekolah MAN Binjai dan sesi foto bersama.