Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) sebagai salah satu sayap partai atau dalam istilah lain organisasi otonomi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam kiprah, langkah dan program, outputnya wajib memiliki multiplier efek bagi PPP. Sebab sebagai organisasi yang bersegmentasi kepemudaan, GMPI dilahirkan untuk menjadi silat (bahasa arab) atau penghubung masuknya generasi muda ke partai tertua berazaskan Islam dan berlambang ka'bah ini. Dalam usianya yang masih belasan tahun (18 Oktober 1993), tentu seluruh aktifitas GMPI belum secara signifikan mampu memberi perubahan drastis bagi PPP. Meski harus diakui, bahwa peran serta GMPI membantu serta mendorong kemajuan dan pengembangan PPP tidak dapat dinapikan. Sejalan dengan itu, GMPI harus terus berbenah diri, melakukan intropeksi program dan kinerja serta terus berkoordinasi dengan PPP guna mewujudkan multiplier efek atas kehadiran GMPI, secara khusus bagi PPP dan secara umum bagi pemuda, bangsa dan negara. Jika usia GMPI digambarkan dengan usia manusia, sesungguhnya saat ini GMPI masih remaja. Di usia ini, GMPI masih mencari jati diri menuju usia matang. Pada usia belasan tahun secara psikologis, seorang manusia sangat membutuhkan perhatian, bimbingan dan pengawasan dari orangtuanya. Selain masih mencari jati diri, juga karena masuk masa pubertas, emosi dan pemikiran yang belum stabil, dan mudah terpengaruh dengan kondisi lingkungannya. GMPI sebagai anak dan PPP sebagai orangtua, adalah satu kaharusan PPP memberikan perhatian, bimbingan, dan pengawasan agar GMPI tumbuh dan berkembang dengan baik. Terhindar dari pengaruh negatif lingkungan serta matang dalam bertindak dan berpikir. Posisi PPP sangat vital untuk mewujudkan tujuan dilahirkannya GMPI sebagai motor penggerak di bidang kepemudaan. GMPI dan PPP Tak dapat dipungkiri, GMPI dan PPP punya hubungan tak terpisahkan. Oleh karena itu, tugas dan tanggungjawa GMPI mem-back up perjuangan PPP, masuk dalam kategori wajib.. Bahkan maju mundurnya PPP, salah satu yang paling bertanggungjawab adalah GMPI. PPP sebagai rumah politik umat islam yang tetap berkomitmen memegang teguh islam sebagai azas dan Ka'bah sebagai lambang partai, patut mendapat apresiasi dari suluruh umat Islam. Karena memang saat ini, PPP lah garda terdepan untuk terus menjaga syiar agama Islam, memperjuangkan aspirasi dan membela hak-hak umat islam dalam tataran kenegaraan dan sosial masyarakat. Justru itu, khittoh perjuangan ber-amar ma'ruf nahi munkar yang dimiliki PPP, juga harus dimiliki GMPI. PPP yang seluruh pengurus dan kadernya dari tingkat Pimpinan Pusat hingga Pimpinan Ranting berakidah Islam harus diikuti GMPI. Seluruh prilaku, sikap dan perjuangan GMPI tidak boleh keluar dari koridor, prilaku, sikap dan perjuangan politik PPP. Di antara peran strategis yang harus dilakukan GMPI adalah memposisikan organisasi sebagai ‘ladang pembibitan’ kader militan, berkualitas, berwawasan luas serta memiliki integritas dan loyalitas yang tinggi. Melalui proses kaderisasi yang matang, GMPI akan mampu melahirkan calon pemimpin masa depan dan tidak saja diperuntukan bagi GMPI, tapi juga PPP. Kemudian, GMPI juga harus mampu memposisikan diri sebagai motor penggerak untuk menghubungkan kembali PPP dengan konsituennya. Peran itu dapat dilakukan dengan adanya sinergitas program, termasuk dalam melakukan kerja-kerja sosial, keagamaan, budaya dan ekonomi. Bahu membahu dan saling mendukung antara GMPI dan PPP, merupakan salah satu kunci meraih kesuksesan. Apalagi mengingat hubungan yang dimiliki PPP dan GMPI. GMPI juga harus bekerja keras membangun citranya di tengah-tengah dinamika kehidupan organisasi kepemudaan. GMPI harus berperan aktif dan berkontribusi dalam upaya membangun generasi muda, baik yang dilakukan pemerintahan maupun lembaga lainnya. Bahkan GMPI secara khusus harus menjadi pendorong terciptanya pemberdayaan dan kemandirian pemuda. Termasuk mempersiapkan sumber daya pemuda sebagai calon pemimpin masa depan. Dengan peran aktif dan kontribusi seperti itu, citra GMPI di gelanggang organisasi kepemudaan akan terpuji. Pada gilirannya akan memberikan multiplier efeknya positif yang akan dirasakan langsung oleh PPP. Masa Depan PPP Posisi PPP dalam pentas politik nasional, dari tahun ke tahun terus mengalami degradasi. Apalagi bila dilihat dari indikator perolehan suara dari pemilu ke pemilu. Dalam kurun waktu 20 tahun belakangan ini, tingkat perolehan suara PPP, trendnya terus terpuruk karena mengalami pengurangan antara 3-5 persen setiap pemilu. Berbagai analisis, kajian dan survey yang dipublikasikan menyebutkan bahwa partai Islam - yang salah satunya PPP- akan ditinggalkan pemilihnya. Faktanya, memang sampai saat ini PPP masih tetap eksis. Namun bila tidak ada perbaikan kinerja dan prilaku elit dan kader PPP dan sisi yang menjadi penilaian masyarakat. Sesungguhnya hanya menunggu waktu PPP menjadi partai kenangan. Sama seperti yang dialami partai-partai Islam yang sudah hilang dari perhelatan politik nasional. Belajar dari kondisi ini, PPP harus segera melakukan pembenahan baik secara internal maupun eksternal. Upaya itu sekaligus menyikapi wacana angka parlementary threshold yang dinaiknya menjadi 5 %. Oleh karena itu pula perlu rekonsiliasi nasional untuk membangunan kesadaran dan pemahaman yang sama pula, sehingga jelas bagi seluruh kader dan fungsionaris partai seperti apa posisi PPP saat ini. Disituasi dan kondisi ini, masa depan PPP berada di ujung tanduk. Karena itu perlu gerakan sistematis, massif dan berkesinambungan guna menyelamatkan PPP dari kehancuran. Tugas berat tersebut salah satunya diletakkan dipundak GMPI. Justru itu GMPI tidak boleh hanya berdiam diri dan berpangku tangan menunggu hancurnya PPP. GMPI juga tidak boleh apartis dan pasrah atas nasib yang akan menimpa PPP. Bahkan GMPI tidak boleh berpaling dan meninggalkan PPP sendirian melakukan gerakan parsial hanya mengandalkan kekuatan internal semata-mata. Menurut penulis, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan GMPI dalam rangka membantu PPP agar tetap survive. Pertama, secara program, harus ada keselarasan dan keserasian antara program kerja GMPI dan PPP, sehingga timbul efek positif. Kemudian harus ada koordinasi efektif dalam setiap program kerja yang akan dilakukan. Itu dapat dilakukan jika GMPI sudah mengetahui akan persoalan kenapa suara PPP terus mengalami penurunan. Kedua, harus ada gerakan yang sama dalam rangka melakukan pencitraan dan pembangunan opini di tengah-tengah masyarakat. PPP dan GMPI harus secara bersama mempublis seluruh kegiatan, kinerja, perjuangan dan tentunya kebijakan yang telah dilakukan. Bahwa selama ini, masyarakat ‘cenderung’ mencibir PPP karena dinilai kinerjanya lemah. Padahal PPP sudah banyak memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Namun karena tidak terpublikasi dengan baik, maka seluruh kinerja itu tak diketahui masyarakat. Ketiga, GMPI juga harus berani mengiritisi fungsionaris PPP disemua tingkatan jika melakukan tindakan yang dapat merusak citra dan nama baik partai. GMPI juga harus berani mengingatkan elit PPP jika kinerjanya bertentangan dengan khittoh perjuangan partai. Termasuk mengingatkan elit PPP yang berprilaku tidak sesuai dengan tuntunan agama islam dan tuntutan umat. Misalnya, enggan umat memilih PPP dikarenakan penilaian atas prilaku elit politik PPP tidak mencerminkan sebagai politis Islam. Untuk itu seluruh elit, pengurus dan kader GMPI harus berprilaku islami dalam menjalankan roda organisasi. Sikap kader PPP dianggap menjauh dari umat Islam dan ulama setelah mendapatkan kekuasaaan dan jabatan. GMPI harus berupaya mendekati ulama dan umat islam dengan melahirkan program kerja melibatkan umat islam dan ulama. Kalau PPP dinilai selalu diam ketika umat mengalami bermasalah dengan pemerintahan atau pemangku kepentingan. GMPI harus bersuara lantang menyuarakan aspirasi umat Islam serta berjuang sedaya mampu membela seluruh kepentingan umat Islam. Keempat, GMPI harus mampu mendidik dan melahirkan kader yang multi talenta dengan kualitas mumpuni, memiliki loyalitas serta semangat juang yang tinggi. Hal ini penting, karena kader-kader GMPI pada waktunya akan menjadi penerus estafet kepemimpinan di PPP. Sebab, salah satu yang hilang belakangan ini adalah minimnya kader yang benar-benar di hatinya PPP membumi. Akibatnya, lahirlah kader-kader ‘instant’ yang berpikir pragmatis yang mengukur seluruh kinerjanya dengan materi. Kelima, sejalan akan dilaksanakannya Muswil ke-III GMPI Sumut, maka suksesi ini harus mampu melahirkan kepengurusan yang solid, kuat dan visi misinya sama dengan PPP. Mampu menyusun program kerja yang bersentuhan langsung dengan kepentingan pemuda dan bertujuan sama dengan program kerja PPP. Jika hal tersebut dapat tercipta dengan sempurna, bersama ridho dan rahmad dari Allah SWT, GMPI dapat menghantarkan PPP menuju masa depan yang lebih baik. Dengan kekuatan PPP dan GMPI di pentas politik nasional dan lokal, seluruh kepentingan umat Islam dapat tercover yang pada gilirannya PPP, GMPI, Ulama dan Umat Islam akan seiring sejalan menapaki dinamikan kehidupan, menuju masyarakat yang Madani dan Religius dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai sebuah negara, Baldataun Toyyibatun Wa Robbun Gofur. (Mursal Harahap, S.Ag, Sekretaris Pimpinan Wilayah Generasi Muda Pembangunan Indonesia Sumatera Utara).
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan sampaikan komentar anda di sini