Masyarakat Sumatera Utara memiliki kepekaan sosial
dalam menyikapi Pemilihan langsung (Pilkada) Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sedikit saja
disulut, sangat memungkinkan Sumatera Utara bisa
menjadi seperti di "Poso". Kekhawatiran itu sangat
beralasan, ketika melihat kondisi dan situasi
objektif masyarakat di Sumatera Utara.
Sumut didiami warga yang heterogen. Berbagai multi
etnis, adat budaya dan agama hidup di daerah ini.
Potret inilah yang kemudian dijadikan indikator
munculnya kekhawatiran akan hadirnya
persoalan-persolan krusial dalam Pilkada.
Belum lagi masalah yang selalu menghiasi setiap
pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia. Tahap demi
tahap, memiliki kecenderungan akan terpicunya
konplik, jika pelaksanaannya melenceng atau
terindikasi tidak sesuai mekanisme yang ada. Atau
karena minimnya sosialisasi yang membuat masyarakat
tidak mendapatkan akses informasi secara penuh.
Belum lagi contoh buruk, seperti tidak taat azas,
aturan dan hukum yang dipertontonkan lima pasangan
calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara.
Misalkan memasang tanda atau alat peraga sosialisasi
diri, meskipun menurut peraturan perundang-undangan
itu belum masuk dalam kategori melakukan kampanye.
Atau pola pengerahan massa dengan memakai "judul
lain" untuk menghindari delik disebut melakukan
kampanye.
Artinya dari beberapa kasus itu, menunjukkan betapa
para pasangan calon tidak menunjukkan sikap fairply
dan persaingan sehat memperebutkan kursi Sumut-1.
Terlepas dari berbagai kemungkinan tersebut, fakta
di lapangan saat ini umat Islam terjebak dalam
kebingungan.Ditambah lagi lembaga keagamaan dan
ormas Islam yang terkesan mengambil sikap tidak
netral. Belum lagi muncul tiga pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur dari Islam-Islam dan dua
pasangan pelangi. (Islam-Kristen dan Kristen-Islam).
Belajar dari situasi dan kondisi Sumatera Utara
selama ini, memang ada peluang menafikan kemungkinan
di Sumatera Utara akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Artinya kerukunan umat beragama yang
sudah terjalin selama ini masih mampu menjadi alat
perekat persatuan dan kekondusipan daerah ini.
Namun, terkait pilihan figur calon Gubernur dan
Wakil Gubernur. Ini yang perlu analisis dan sikap
yang cerdas. Cerdas dalam artian sesungguhnya, sosok
mana yang pantas dan layak dipilih memimpin Sumatera
Utara lima tahun ke depan. Dengan catatan, setelah
terpilih diyakini akan memperjuangkan umat dan
kepentingan agama Islam.
Pertanyaannya kemudian, dari tiga pasangan calon
yang berbasis Islam-Islam, siapa yang paling pantas
dan wajar dipilih. Jika masyarakat kemudian bingun
atau tidak bisa menentukan pilihannya. Akibatnya
bukan tidak mungkin hak suaranya digunakan secara
random atau untung-untungan. Atau malah lebih
memilih langkah demokratis dengan pilihan, "memilih
untuk tidak memilih" alias golput. Dititik inilah
awal kekalahan umat Islam di Sumatera Utara.
Jawaban dari seluruh kekhawatiran itu tergantung
pada pilihan umat Islam. Yakni bersatu untuk
kemenangan atau mempertahankan ego masing-masing
dengan konsekwensi kekalahan. Umat islam tinggal
memilih langkah yang mana.
Namun juga tidak bisa dinafikan, tiga pasangan calon
islam memiliki konstituen masing-masing. Baik
berdasarkan pertalian darah, perkawinan atau karena
tampilan performen setiap calon serta fanatisme
masyarakat terhadap calon. Kalau ini yang kemudian
dijadikan tolok ukur, maka dapat diramalkan suara
umat islam akan terpecah. Itu sama artinya menuai
kekalahan sebelum perang usai.
Bila umat tidak mau kalah dan memiliki pemimpin
diluar umat Islam. Konsekwensinya umat harus
menyatukan suara kepada satu pasangan calon yang
berbasis Islam-Islam. Sudah cukup pengamalam umat
islam yang terjadi dibeberapa daerah, seperti
Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan dan daerah
lainnya. Dimana secara jumlah umat islam lebih
banyak tapi menelan pil pahit kekalahan, hanya
karena masing-masing mempertahankan egoisme dan
mengabaikan kepentingan yang lebih besar yakni agama
Islam. Bisa merasa dan merasa bisa, perbedaan
katanya sedikit, tapi maknanya sangat besar. Umat
Islam tinggal pilih, bersatu atau kalah.