Perhelatan akbar masyarakat Sumatera Utara tidak terasa kembali akan bergulir pada Maret 2013 mendatang. Meski masih tersisa waktu 1 tahun lebih, namun beberapa calon yang sudah melakukan berbagai sosialisasi diri. Berdasarkan informasi yang berkembang, diprediksi pada Pilgubsu nanti akan terjadi pertarungan kelompok muda dan kelompok tua. Lalu bagimana pendapat masyarakat kaum muda menyikapi hal itu. Berikut ini kami menurutkan beberapa pendapat dan pandangan tokoh-tokoh muda yang berhasil diwawancarai wartawan. Keberhasilan seorang pemimpin memang tidak sepenuhnya ditentukan faktor usia. Tetapi dalam UU No.12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemda disebutkan untuk menjadi calon gubernur/wakil gubernur harus berusia minimal 30 (tigapuluh) tahun sementara bagi calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota harus berusia minimal 25 (duapuluh lima) tahun (Pasal 58 huruf d). Berdasarkan amanah UU tersebut, sesungguhnya peluang kelompok muda untuk tampil menjadi pemimpin sangat besar. ”Aspek usia tidak menarik untuk diperdebatkan. Sebab sepanjang ketentuan UU sudah dipenuhi, ya sudahlah,” Sekretaris DPD KNPI Sumatera Utara Dedi Iskandar Batubara. Demikian juga jika dilihat dari aspek pengalaman, juga tidak terlalu penting, karena setiap orang memiliki pengalaman sendiri. Namun sejujurnya bila tren sekarang anak muda tampil menjadi pemimpin, itukan kultur yang baik bagi demokrasi dan pembangunan. Faktanya kata Dedi, saat ini Beberapa tokoh dan pemimpin partai sudah mulai meremaja. Jadi tidak eloklah kalau usia menjadi perdebatan apalagi jadi tolak ukur, layak atau tidak memimpin sebuah daerah. “Sepanjang ketentuan dan syarat bisa dipenuhi why not. Saya melihatnya begitu,”tegasnya. Lagipula sekarang ini secara potensi sumber daya manusia, anak-anak muda sekarang lebih cerdas, strata pendidikannya lebih baik. Pengalaman-memimpin kelembagaan organisasi sudah luas. Terlebih anak-anak muda sekarangkan lebih kreatif. Potensi itu dapat kita lihat pada beberapa figur tokoh muda yang ada saat ini. Seperti Fadly Nurzal yang sukses memimpin PPP Sumatera Utara. Sosok anak muda ini mempunyai potensi dan nilai yang baik di masyarakat. Sudah berpengalaman diparlemen. Sepanjang dia memimpin di PPP cukup baiklah dengan semangat anak mudanya. Sementara Gatot dan Gus Irawan juga masih tergolong muda. Namun lanjut Dedi, jika ditarik dari sisi kepentingan tentu generasi muda cenderung mendorong kelompok untuk maju memimpin Sumatera Utara dan itu wajar. Karena pemikiran yang sama juga terjadi pada kelompok tua yang merasa masih mampu bersaing dengan kelompok muda. ”Ya, kita lihat saja 2103, seperti apa konstalasi dan dinamika poitiknya seperti apa. Karena saya yakin, generasi muda yang sebagain besar pemilih pemula sudah cerdas memilih siapa sosok yang tepat meminpin Sumatera Utara ke depan,”ucapnya. Kolaborasi Tua Muda Aktivis pergerakan mahasiswa yang kini menjabat Ketua Satma PP Iqbal Hanafi, menilai tidak tepat dipertentangkan antara kaum tua dan kaum muda untuk memilih Sumatera Utara. Justru yang tepat, terjadi kolaborasi tua muda, sehingga diharapkan kepemimpinannya menjadi lebih komplit. ”Kolaborasi tua muda itu lebih tepat, mengingat Sumatera Utara merupakan daerah yang multi etnis, agama, suku dan budaya,”jelasnya kepada KPK Pos saat ditanya pandangan terkait pertarungan kaum muda dan kaum tua pada Pilgubsu 2013 mendatang. Dijelaskan Iqbal, antara kaum muda dan kaum tua sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jika dua kelompok ini disinergikan, tentu kepemimpinannya akan semakin kuat. Benar kaum tua kaya pengalaman dan cenderung lambat dalam mengambil keputusan disebabkan faktor kehati-hatian serta banyak pertimbangan. Benar juga, kaum muda lebih enerjik, pekerja keras dan tegas dalam mengambil keputusan. Lagi pula, lanjut Iqbal, di tengah-tengah masyarakat ada yang belum bisa menerima anak muda menjadi kepala daerah, karena tidak punya pengalaman yang cukup. Lalu jika itu dikombinasikan dengan kelompok muda yang syarat pengalaman tentu semakin pas. ”Atinya anak-anak muda sekarangkan sudah diberikan peluang berpolitik, menjadi penguasa itukan peluangannya sangat besar sekali,”katanya. Ketika ditanya bagaimana dengan aspirasi dan perjuangan mahasiswa. Iqbal menyebutkan jika disinggung soal itu tentu generasi muda lebih memilih pemimpin dari kalangan kaum muda. Alasannya, karena pemimpin yang muda diyakini lebih memahami aspirasi dan keinginan serta perjuangan generasi muda. ”Apalagi bicara dunia pendidikan. Pastinya Satma PP berkeinginan tokoh muda yang peduli pendidikan memimpin Sumatera Utara ke depan. Dan kita sudah punya beberapa nama, tapi sekarang ini tidak etis disampaikan,”ucapnya. Sebelumnya Dedi Iskandar Barubara menyampaikan, sesungguhnya potensi kaum muda di Indonesia sangat luar biasa. Anehnya, parameter yang digunakan dalam melihat potensi pemuda hanya berdasarkan amatan di wilayah Jakarta. Padahal jika mau ril, potensi pemuda di luar Jakarta jauh lebih besar dan berkualitas. Indonesia inikan bukan Jakarta saja. Jadi batas toleransinya misalkan seperti teman-teman yang di KNPI. Kalau 30 tahun masih cenderung sangat muda. Saya 35 tahun tidak menjadi persoalan. Tapi kalau sudah 40 tahun itu sudah kelewat, sudah terlalu tua. Yang lebih tua pengalaman korupsinya juga lebih banyak. ”Makanya dikombinasilah, kalau Gubernurnya dari kalangan tua maka wakilnya dari anak muda dan sebaliknya. Tidak ada persoalan tua dan muda berkolaborasi. Tetapi harus yang clear yang menjadi gubernur jangan yang bermasalah, kalau yang bermasalah repot kita,” katanya. Disinggung soal kriteria, Iqbal dan Dedi cenderung sepakat bahwa gubenur dan wakil gubernur haruslah amanah, bermoral, pro rakyat dan komitmen nasionalismenya jelas. Track Recordnya Teruji Ketua PW Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) Sumatera Utara, Jafaruddin Harahap, S.Pd, M.SI mengatakan dalam menentukan pemimpin tidak melihat persoalan usia. Usia tua dan muda memiliki pelunga yang sama untuk terpilih jadi pemimpin. ”Yang paling utama, pemimpin itu sudah harus terujui track recordnya atau rekam jejaknya,”kata Jafar ketika ditanya KPK Pos terkait kemungkinan terjadinya pertarungan kamu muda dan kaum tua pada Pilgubsu 2013 mendatang. Kita kata Jafar, jangan terlalu mempersoalkan masalah usia. Karena yang paling penting adalah seperti apa sosoknya, apakah bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Apakah akhlaknya baik dan apakah sosok tersebut amanah dalam memimpin. Kemudian dalam konteks Sumatera Utara yang dihuni banyak etnis, penganut agama dan suka dan budaya, apakah calon tersebut mampu mengakomodir pluralitas tersebut. ”Pada persoalan itu, maka kita harus cerdas memilih pemimpin. Namun pada persoalan itu, itu bukan menjadi barometer yang harus dipertimbangkan,” jelasnya. Jafar menjelaskan, dengan track record yang teruji, tentu diharapkan mampu membawa perubahan yang lebih baik di Sumatera Utara. Oleh karena itu, generasi muda Sumatera Utara harus benar-benar memperhatikan itu, jika kita semua menginginkan rakyat Sumatera Utara makmur dan sejahtera. Juga jangan menjadi pertimbangan serius apa latarbelakang para calon pemimpin. Karena latar bekalang itu akan sangat berbeda jika diaplikasikan dalam memimpin suatu daerah yang besar seperti Sumatera Utara. ”Intinya GMPI Sumut tidak mempersoalkan usia muda dan tua, yang penting visi misi dan track recordnya sudah diakui, itu lebih penting,”ucapnya. Meskipun, lanjut Jafar, bagi GMPI Sumatera Utara siapa calon yang akan di dukung sudah final berdasarkan hasil kesepakatan pada Musyawarah Kerja. ”Bagi GMPI, kandidat Geburnur yang akan didukung sepenuhnya adalah penasehat GMPI Sumatera Utara H Fadly Nurzal, S.Ag, dan keputusan ini sudah final,”tegasnya. Disebutkan Jafar, putusan tersebut dasarnya bukan usia. Tapi lebih dari itu, yakni track recodr teruji, berakhlak mulia, dikenal masyarakat Sumatera Utara. Kemudian figur Fadly Nurzal dengan kemampuan leadhersifnya diyakini mampu mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat Sumatera Utara. ”Kemampuan itu sudah dibuktikannya ketika memimpin PPP Sumatera Utara, dimana kepengurusannya ada di 33 kabupaten/kota,”jelas Jafar. Terkait nama kandidat, sebelumnya Dedi Iskandar menyampaikan analisa sederhana dengan melihat kondisi ril yang ada saat ini. Menurutnya Plt Gubsu sekarang ini masih mampu bagus, tetapikan tidak mungkin ia sendiri yang mengelola provinsi ini. Sebagai calon incumbent, jika nanti Gatot maju kembali, saya melihat ia punya peluang. Faktornya ada dua, pertama sudah pernah menjadi pimpinan dan kedua punya partai PKS. Di banding sama calon-calon yang lain, potensinya sampai saat ini lebih besar. Namun Gatot dalam analisas saya, ia tidak punya power full di parlemen, karena memang PKS hanya memiliki beberapa kuris di DPRD Sumut. Gatot juga lemah dan terkesan tidak mampu membangun komunikasi yang baik dengan elit partai maupun parlemen. Sikap Gatot saat ini sangat tidak menguntungkan buat dia. Akan banyak kebijakan yang tidak mulus karena ada hambatan dari dewan. Gatot juga tidak supel berkomunikasi, pimpinan inikan harus bisa membangun komunikasi dengan semua pihak. Kesannya ia tidak berhasil melakukan itu. “Sampai saat ini yang pasti saya pribadi belum dukung siapa-siapa. Karena belum ada calon yang pasti, masih samar,”ujaranya. Terkait track record, Iqbal Hanafi juga punya catatan nama-nama yang layak memimpin Sumatera Utara. Di antarnya Rahmad Shah yang saat ini berkiprah di Palang Merah Indonesia (MPI). Di tangannya, PMI menunjukkan perubahan ke arah lebih baik dari sebelumnya. Lalu Gus Irawan, telah terbukti mampu membawa Bank Sumut dari posisi merugi menjadi mendapatkan laba yang sangat pantastis. Bahkan kini Gus Irawan dan Bank Sumut berpacu membangun kredit usaha kecil bagi masyarakat. Lalu Gatot Pujo Nugroho, sebagai Plt Gubsu, sedikit banyak telah memahami persoalan-persoalan yang dialami masyarakat Sumatera Utara. Ada lagi kata Iqbal, Fadly Nurzal yang sukses memimpin satup-satunya partai Islam yakni PPP. Dimana sebelumnya kondisi PPP kurang harmonis dan terkesan tidak terkoordinasi dengan baik. Di tangan Fadly Nurzal berubah menjadi partai yang solid dan boleh dikatakan sunyi dari persoalan-persoalan internal. ”Tokoh-tokoh ini masing-masing telah memiliki rekam jejak yang baik. So, selanjutnya tergantung pilihan masyarakat Sumatera Utara, siapa menurut penilaian masyarakat yang lebih baik,”ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan sampaikan komentar anda di sini