MEDAN

Nasehat...

.“(Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas? Tidak ada yang dapat menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl:79") .“(menang dengan mengalah, itulah filsafat air dalam mengarungi kehidupan") .(Guru yang paling besar adalah pengalaman yang kita lewati dan rasakan sendiri) .(HIDUP INI MUDAH, BERSYUKURLAH AGAR LEBIH DIMUDAHKAN ALLAH SWT)

Bismillahirrahmanirrahim

"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas? Tidak ada yang dapat menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl:79)

Sabtu, 19 Juni 2010

Pilkada Medan Putaran II, Rating Golput Menguat

Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Medan Putaran II tinggal beberap hari lagi. Dua pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan yang bertarung telah melakukan seabrek kegiatan guna mendapatkan dukungan sehingga berhasil mendulang suara sebanyk-banyaknya. Banyak kalangan menilai, siapapun yang meraih suara terbanyak pada putara ke-II, tetap saja tidak mampu mengalahkan perolehan suara golongan putih alias golput. Hal itu sudah terbukti pada putaran I. Pasangan Rahudman-Eldin hanya mampu mengumpulkan sekitar 23 persen suara, pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti hanya sekitar 20 persen suara. Sementara Golput dari total suara yang ada, meraih suara sekitar 63 persen. Fakta ini diperkuat, dengan apa yang dilakukan kedua pasangan saat sosialiasi putaran ke-II. Issu, tudingan bahkan mengarah pada fitnah dan kampanye hitam serta tidak ketinggalan politik uang semakin gencar mereka lakukan. Segmen agama, kesukuan bahkan dosa dugaan tindak pidana korupsi menjadi menu utama topic pembicaraan kedua pasangan calon dan tim sukses masing-masing. Polemik yang sengaja dimunculkan ke tengah-tengah masyarakat tersebut, ternyata tidak seperti diharapkan kedua pasangan calon. Bahkan issu dan tudingan yang dilontarkan output berbanding terbalik, artinya bukan simpatik yang muncul tapi justru kebencian. Strategi memainkan issu agama, ternyata membuat masyarakat bingung, bahkan tidak sedikit masyarakat yang resah. Muncul kekhawatiran bahwa pilkada akan membawa dampak buruk, seperti terganggung ketenangan dan ketentraman masyarakat. Kondisi ini tentu sangat beralasan. Sebab, hampir dapat dipastikan siapapun yag memenangkan pilkada putaran ke II, riak-riak politik akan muncul. Dan bila itu terjadi, sedikit banyaknya tentu akan membawa dampak tidak baik pada kehidupan bermasyarakat. Dari indikator-indikator tersebut, jelang pemungutan suara pilkada putara kedua, tidak sedikit masyarakat yang mengaku bingung. Kalau kemudian masyarakat berinisitif bertanya kepada orang lain, itu masih sangat positif. Justru yang dikhawatirkan masyarakat bosan, jenuh bahkan muak dengan pilkada. Pada akhirnya memilih untuk tidak menggunakan ahk politiknya pada putara ke-II. Jika situasi itu yang terjadi, maka rating golput akan meningkat signifikan. Jumlah masyarakat yang tidak menggunakan hak suara pastinya semakin banyak. Kalau pada putara I, angka golput sudah mencapai angkan 63 persen, tuntu menurut indikasi dan fakta-fakta yang ada, pada putara ke II, angka golput akan terus melejit. Golput juga diprediksi akan semakin subur, ketika penyelenggaran pilkada -KPUD Kota Medan- minim melakukan sosialisasi tata cara mencoblos. Panitia pengawas Pilkada juga terkesan tidak ngotot melakukan pengawasan. Hasilnya adalah masyarakat semakin pesimistis dan itu menjadi pendorong pilihan untuk tidak menggunakan hak pilih. Indikasi lain akan semakin rendahnya partisifasi masyarakat pada pilkada putaran ke-II adalah, hari H pemberian suara pada tanggal 19 Juni 2010 jatuh pada hari libur (Sabtu). Seakan tidak mau belajar dari pengalaman, bahwa pada putara I banyak masyarakat yang lebih memilih berlibur dari pada menggunakan hak suara. Sebab, 12 Mei jatuh pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu libur. Artinya ada tiga hari libur yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bersanti melepas kepenatan dari kejenuhan menjalani rutinitas. Pilkada putaran ke-II juga hampir sama, Sabtu dan Minggu memang hari libur. Bagi masyarakat yang sudah pesimis dengan pilkada, akan memilih pergi berlibur dimulai hari Jum’at. Inilah yang kemudian banyak warga menuding KPUD Kota Medan tidak belajar dari pengalaman. Dari sejumlah indikasi inilah yang akan menjadi penyebab tingginya angkan golput pada putaran ke-II. Kondisi itu tentu sangat irois, sebab pada hakikatnya system pemilihan langsung digunakan dengan harapan legitimasi para pemimpin akan semakin kuat dimata masyarakat. Dan pada gilirannya akan muncul kesadaran dan upaya partisfatip dari masyarakat dalam membantu pemerintahan menyuseskan program pembangunan. Semoga indicator itu tidak terjadi dan pastisifasi masyarakat akan semakin tinggi dalam menggunakan hak politiknya di pilkada putaran ke-II. By : Mursal Harahap

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan sampaikan komentar anda di sini