MEDAN

Nasehat...

.“(Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas? Tidak ada yang dapat menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl:79") .“(menang dengan mengalah, itulah filsafat air dalam mengarungi kehidupan") .(Guru yang paling besar adalah pengalaman yang kita lewati dan rasakan sendiri) .(HIDUP INI MUDAH, BERSYUKURLAH AGAR LEBIH DIMUDAHKAN ALLAH SWT)

Bismillahirrahmanirrahim

"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas? Tidak ada yang dapat menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl:79)

Selasa, 11 Agustus 2009

MERDEKA…………..

Tujuh belas agustus tahun empat lima Itulah hati kemerdekaan kita Hari merdeka Nusa dan Bangsa Hari lahirnya bangsa Indonesia Merdeka Sekali merdeka tetap merdeka Selama hayat masih dikandung badan……….. Saat bait lagu itu dikumandangkan, darah dan semangat seluruh rakyat Indonesia bergemuruh dan bergolak. Bahkan tidak sedikit rakyat di negeri ini yang meneteskan air mata. Sebab lagu ini, menggambarkan betapa bangsa ini telah meraih kemerdekaan dengan keringat, harta dan darah dari penjajah. Seiring perjalanan waktu, kemerdekaan bangsa ini kemudian di isi dengan berbagai pembangunan. Kehidupan sebagai sebuah bangsa yang merdeka pun berjalan sebagaimana mestinya. Pertanyaan benarkan kita sudah merdeka? Apakah di usia kemerdekaan yang sudah mencapai 64 tahun, rakyat Indonesia sudah benar-benar merdeka? Kalau mengambil gambaran usia manusia, 64 tahun usia cukup tua, bahkan mungkin jatah hidupnya tinggal beberapa tahun. Jika dilihat dari usai tanaman, tentu di usia 64 tahun, batang pohon besar, rantingnya banyak, dengan daun yang rimbun dan akarnya dalam mencengkram bumi. Faktanya selama 64 tahun bangsa ini merdeka, rakyat masih dijajah segelintir orang yang mengatas namakan "rakyat". Rakyat negeri ini, masih bergelimang kemiskinan, penderitaan teramat menyakitkan. Berapa puluh ribu bayi-bayi di negeri ini mengalami busung lapar, berapa puluh ribu para pejuang yang dulu mandi darah demi kemerdekaan masih berlindung dalam gubuk-gubuk yang kumuh. Jutaan petani masih berteriak karena mahalnya harga pupuk dan akibat tekanan tengkulak atau rentenir. Para guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, masih nyambi jadi tukang ojeg, pedagang makanan, penarik becak, supir angkot dan kuli bangunan demi memenuhi kebutuhan hidup anak isterinya. Buruh pabrik atau kuli, mandi keringan dengan kulit semakin hitam legam terbakar matahari. Jeritan mereka semakin kuat karena menanggung beban hidup yang dari tahun ke tahun semakin berat. Kemelaratan, kesengsaraan, ancaman, doktrinasi, penipuan, live service atau jargon-jargon yang mengatas namakan rakyat, tapi kosong dalam kenyataan. Tidak bisa dipungkiri, memang kita lihat ratusan atau bahkan ribuan gedung yang menjulang, apartemen mewah, kondominium, rumah KPR, jembatan, jalan tol semuanya telah menjadi lambang keberhasil dari kemerdekaan. Tapi benarkah hal itu yang dikehendaki oleh rakyat. Kondisi berbeda bagi sebagian kecil yang bernafsu mengejar kekayaan, kepuasan dengan sifat hedonisme, bagi mereka Indonesia ini sudah merdeka. Merdeka dalam arti semu. Di depan mata anak bangsa yang kekurangan makanan, putus sekolah, pengangguran, busung lapar, kemelaratan dan kemiskinan. Toh, wakil rakyat dan pejabat pemerintahan misalnya tidak malu menutup mata dan telinga serta hati nuraninya. Tanpa malu wakil rakyat dan pejabat pemerintah berkoar-koar di media saat hendak berkunjung ke luar negeri. Pemerintah sibuk menghambur-hamburkan uang negara, wakil rakyat sibuk berpolitik, para pengusaha sibuk mencari untung, para hakim sibuk berdagang vonis, polisi pun sibuk mengejar teroris. Ironisnya mereka sering mengatakan itu semua atas nama rakyat, demi rakyat dan untuk rakyat. Karena itu pula mereka menganggap bangsa ini sudah merdeka. Di sisi lain, bagi rakyat kemerdekaan hanya dirasakan dalam bentuk iring-iringan karnaval, panjat pinang, tarik tambang dan berbagai perlombaan untuk melupak sejenak beban kehidupan. Minimal rakyat negeri ini bisa tersenyum bersama satu tahun sekali ketika mereka memperingati ulang tahun negerinya kemerdekaan negerinya. Padahal kemerdekaan sesungguhnya adalah bila rakyat sudah bisa merasakan adil dan makmur. Adil dalam arti kata merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tanpa membedakan ras, suku, agama atau budaya. Makmur dalam arti kita sudah bisa hidup dalam kesejahteraan secara materi dan non materi. Adil dan makmur dalam arti kita bisa sejahtera secara moral dan bisa memandang diri dan orang lain sama seperti kita memandang diri kita sendiri! Merdeka memiliki mdefenisi bebas dan lepas dari segala macam bentuk penjajahan. Bebas beraktivitas apa saja, dapat menyampaikan apa saja dan bebas menentukan pilihan dan kebebasan lainnya. Seperti wartawan bebas menyampaikan pendapat pada pimpinan redaksinya, PNS bebas dari tekanan pimpinan, buruh bebas berbicara dengan pengusaha dan pembantu bebas berpendapat terhadap majikannya Arti kemerdekaan………. Bagi anak SMA yang malas adalah …bila guru matematika tidak masuk Bagi mahasiswa adalah…bila boleh pakai sandal dalam kelas Bagi pedagang asong dan kaki lima adalah…bila tak dikejar petugas Tramtib Bagi karyawan telat-an adalah….bila HRD lupa men-cek chekclock hari ini Bagi revidivis adalah…bila bisa dagang sabu-sabu di balik terali Bagi koruptor adalah…bila masyarakat tak perduli pada tingkah lakunya.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan sampaikan komentar anda di sini